Minggu, 20 September 2015

UPACARA BUDAYA ADAT KENDURI SKO DI KABUPATEN KERINCI DESA SUNGAI TUTUNG




UPACARA BUDAYA ADAT KENDURI SKO
DI KABUPATEN KERINCI DESA SUNGAI TUTUNG

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan
Filsafat Budaya Minangkabau
yang dibina oleh Dra Nurizzati, M.Hum


Description: logo.jpg






DETA FITRIANITA
NIM 2013/1300820













PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai upacara budaya adat kenduri sko di kabupaten kerinci desa sungai tutung dari mata kuliah Filsafat Budaya Minangkabau di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Universitas Negeri Padang. Kemudian shalawat beserta salam penulis ucapkan kepada nabi besar Muhammad saw yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunah untuk keselamatan di dunia.
Makalah ini menjelaskan tentang berbagai macam tata cara pelaksanaan kenduri sko yang ada di kabupaten kerinci, tepatnya di desa sungai tutung. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nurizzati selaku dosen mata kuliah Filsafat Budaya Minangkabau yang telah memberikan bimbingan serta arahannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan makalah di lain kesempatan.



Padang, 28 November 2014




Penulis


BAB I

PENDAHULUAN
A.     Latar belakang masalah
Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.  Selama ratusan bahkan ribuan tahun itu pula mereka telah menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan tradisi. Masing-masing suku bangsa tersebut memilki tradisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk akan kebudayaan, baik itu dalam bentuk bahasa sehari-hari maupun tradisi-tradisi lainnya.
 Bentuk-bentuk tradisi yang dilakukan oleh berbagai suku bangsa antara lain perkawinan, pesta adat, kematian, dan lain sebagainya. Masing-masing bentuk upacara tersebut dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa tersebut. Ciri khas tersebut di satu pihak ada yang masih dipertahankan oleh masyarakat dan tidak mengalami perubahan sama sekali, dilain pihak ada yang mengalami perubahan atau malah hilang sama sekali sebagai suatu tradisi yang menjadi bagian dari masyarakat.
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa adalah tradisi pelaksanaan pesta adat siap panen. Hampir setiap daerah masih melaksanakannya, Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat yang ada di Propinsi Jambi, yakni di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang Melayu Tua (Zakaria, 1985:15). Orang Melayu Tua tersebut masih mengenal bentuk-bentuk upacara atau pesta adat siap panen yang lebih dikenal dengan istilah kenduri sko. Kenduri sko merupakan upacara adat yang terbesar di daerah Kerinci.
Desa-desa yang masih melaksanakan upacara ini diantaranya adalah Desa sungai tutung yang terletak di Kecamatan air hangat timur. Bagi masyarakat sungai tutung upacara ini sangat penting dilaksanakan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang diberikan Allah SWT kepada mereka.
Sebagaimana upacara-upacara adat lainnya, upacara adat kenduri sko menarik untuk dikaji. Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat acara penurunan benda-benda pusaka nenek moyang. Dengan demikian, upacara kenduri sko sangat penting sekali bagi orang orang yang ada di Kabupaten Kerinci khususnya Desa sungai tutung.
Pada saat ini banyak kalangan anak muda yang tidak mengetahui proses-proses pelaksanaan acara adat kenduri sko yang ada di kaerah kerinci ini, diharapkan dengan adanya makalah ini, generas muda khususnya generasi muda kerinci bisa mngetahui adat dan proses-proses apa saja yang dilaksanakan dalam proses kenduri sko.

B.     Masalah
1.      Bagaimana latar budaya masyarakat kerinci, khusunya masyarakat sungai tutung?
2.      Bagaimana proses atau tahap-tahap pelaksanaan upacara budaya adat kenduri sko yang ada di Desa sungai tutung Kabupaten Kerinci ?
3.      Apa pesan moral yang terkandung dalam upacara budaya adat kenduri sko di desa sungai tutung kabupaten kerinci?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana latar budaya masyarakat kerinci, khusunya masyarakat sungai tutung.
2.      Mengetahui bagaimana proses atau tahap-tahap pelaksanaan upacara budaya adat kenduri sko yang ada di Desa sungai tutung Kabupaten Kerinci.
3.      Mengetahui apa pesan moral yang terkandung dalam upacara budaya adat kenduri sko di desa sungai tutung kabupaten kerinci.

D.     Kerangka teori
Suatu upacara adat dianggap memiliki fungsi-fungsi tertentu di dalam kebudayaan suatu masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut seakan-akan tidak berubah dan tetap langgeng bagi masyarakat, tanpa memperhitungkan masyarakat pembentuk kebudayaan telah berganti.
Syamsudin (1985:1) menjelaskan Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu dari wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara yang merupakan wujud dari adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan merasa sebagai sesuatu yang bersifat magis dan disertai dengan berbagai perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolis.
Selain syamsudin, ada ahli lain yang mendefinisikan pengertian kebudayaan, yaitu Geertz (1992: 5) menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan Suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol-simbol tersebut individu-individu mendefenisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Menurut Linton budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
Budaya yang ada di setiap daerah mempunyai cirri khas masing-masing, begitu juga acara budaya adat kenduri sko yang ada di kerinci desa sungai tutung.
Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah,dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.
Kenduri sko merupakan upacara adat yang masih bertahan atau tetap dijalankan hingga saat ini. Bagi orang Melayu Tua di Desa sungai tutung Kabupaten Kerinci keberadaan upacara tersebut memiliki arti penting yang mencakupi berbagai acara-acara yang dilakukan dan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Di lihat dari kegiatan-kegaiatan yang dilakukan saat kenduri sko, dapat dijelaskan bahwa kenduri sko memiliki makna sebagai ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta dan roh-roh nenek moyang atas hasil panen yang telah diberikan, dan sko merupakan simbol yang diidentikkan dengan pembersihan benda pusaka nenek moyang. Untuk memperbincangkan makna, setiap individu harus menafsirkannya, sehingga dapat mengatur tingkah laku individu tersebut. Hal itu hanya dapat ditampilkan melalui simbol yang terdapat dalam upacara.

E.      Metedologi


BAB II

PEMBAHASAN
A.     Latar budaya
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kerinci ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Pada tahun 2011, pusat pemerintahan berpindah ke Siulak. Kabupaten Kerinci memiliki luas 3.355,27 km².
Kabupaten Kerinci terdiri dari 16 Kecamatan, yaitu (1) Gunung Tujuh, (2) Kayu Aro, (3) Kayu Aro barat, (4) Gunung Kerinci, (5) Siulak, (6) Siulak Mukai, (7) Air Hangat, (8) Air Hangat Barat, (9) Depati VII, (10) Air Hangat Timur, (11) Sitinjau Laut, (12) Danau Kerinci, (13) Keliling Danau, (14) Gunung Raya, (15) Bukit Kerman, dam (16) Batang Merangin.
Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi dengan batas wilayah sebagai berikut.
1.      Sebelah utara berbatas denganprovinsi smatera barat.
2.      Sebelah selatan berbatas dengan provinsi Bengkulu.
3.      Sebelah barat berbatas dengan provinsi sumatera barat.
4.      Sebelh timur berbatas dengan kabupaten bungo dan kabupaten merangin.
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai upacara budaya adat kenduri sko yang ada disalah satu daerah yang ada di kerinci, yaitu tepatnya di desa sungai tutung kecamatan air hangat timur. Dikarenakan penduduk yang terus berkembang, maka pada tahun 1981 sungai tutung di mekarkan menadi dua desa yaitu desa sungai tutung dan desa baru sungai tutung. Seiring dengan perkembangan zaman dan penduduk yang makin banyak maka pada tahun 2011 desa baru dungai tutung dimekarkan kembali dengan desa pemekarannya bernama desa simpang empat sungai tutung. Pada tahun 2012 desa sungai tutung dimekarkan lagi dengan nama desa taman jernih sungai tutung. Keempat desa ini terletak dikecamatan air hangat timur kabupaten kerinci dengan batas wilayah:
1.      Sebelah utara berbatas dengan desa sungai medang
2.      Sebelah selatan berbatas dengan sungai deras
3.      Sebeleh barat  berbatas dengan koto lanang
4.      Sebelah timur berbatas dengan desa pungut.
Masyarakat yang mendiami kawasan kerinci ini adalah Suku Kerinci. Dan bahasa pengantar yang dipergunakan adalah Bahasa Kerinci. Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang Bahasa Austronesia. Ada lebih dari 30 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di daerah Kerinci.
Masyarakat Kerinci menganut sistem adat matrilineal. Mayoritas masyarakat kerinci adalah petani, karena di kerinci terdapat banyak sawah yang memungkinkan masyarakatnya untuk bertani. Tetapi dengan perkembangan zaman, telah banyak masyarakat kerinci yang bekerja di kantor ataupun pegawai swasta. Namun, hal itu tidak dapat menghilangkan bertani sebagai mayoritasnya. Meskipun demikian, mayoritas pegawai yang ada di kerinci juga mempunyai sawah untuk bertani. Jadi, hamper semua masyarakat kerinci khususnya sungai tutung mempunyai sawah.
Budaya masyarakat kerinci di desa sungai tutung yang sampai saat ini masih tetap diprtahankan dikenal dengan nama kenduri sko dan kenduri siap panen. Kenduri sko  adalah  suatu  acara  adat  yang dilaksanakan oleh masyarakat kerinci dalam  melestarikan  budaya  yang  sudah  ada  sejak zaman  nenek  moyang. Dahulu, kenduri  sko  dan kenduri siap panen dilaksanakan  setiap sepuluh  tahun  sekali. Namun, sekarang kenduri sko dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Budaya ini terus dilakukan sebagai ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta dan roh-roh nenek moyang atas hasil panen yang telah diberikan.
Masyarakat kerinci khususnya sungai tutung mayoritas beragama islam. Oleh sebab itu, digelarnya acara kenduri sko dan siap panenu adalah acapan terimakasih yang ditujukan kepada Allah swt.

B.     Upacara kendri sko
Kenduri sko merupakan upacara adat yang masih bertahan atau tetap dijalankan hingga saat ini. Di lihat dari kegiatan-kegaiatan yang dilakukan saat kenduri sko, dapat dijelaskan bahwa kenduri sko memiliki makna sebagai ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta dan roh-roh nenek moyang atas hasil panen yang telah diberikan kepa msyarakat.
1.      Duduknya depati ninik mamak empat lurah permanti nan ketujuh sungai tutung
Duduk tersebut memutuskan waktu kapan akan dilaksanakan kenduri siap panen dan kenduri sko. Setelah ditetapkan waktu dan hari dilaksanakan, maka diberi tau kepada seluruh warga masyarakat dalam wilayah adat empat lurah permenti nan ketujuh. Peberitahuan tersebut dilakukan dengan membunyikan gong kecil keliling desa.
2.      Pemberitahuan hasil keputusan kepada ninik mamak
Keputusan waktu dan tempat dilaksanakannya kenduri sko tersebut diberitahukan kepada ninik mamak untuk menyarah mengajung (mengatur) segala sesuatu yang berkaitan dengan kenduri sudah tuai dan kenduri sko.
3.      Ninik mamak mengumpulkan seluruh anak jantan
Ninik mamak mengumpulkan seluruh anak jantan adalah untuk mengadakan rapat yang bertujuan  membentuk panitia dan memperinci segala biaya yang dibutuhkan untuk terlaksana dan suksesnya kenduri siap panen dan kenduri sko. Biasanya biaya tersebut dibebankan kepada suku masing-masing yang berada di bawah empat lurah permenti nan ketujuh.
4.      Masing-masing ninik mamak suku mengadakan rapat dengan anak jantan dan anak batino
Rapat ini bertujuan membahas mengenai biaya dan segala sesuatu yang diperlukan untuk kenduri siap panen dan kenduri sko. Tugas-tugas tersebut dibagi kepada anak jantan dan anak betino untuk melaksanakannya.
5.      Memasang bendera adat atau bendera pusaka yang disebut dengan Karamentah
Satu minggu sebelum dilaksanakan acara kenduri siap panen dan kenduri sko, maka panitia memasang bendera adat atau bendera pusaka yang dinamakan dengan karamentah di tempat akan dilaksanakan acara. Seluruh anak batino sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada acara kenduri sko dan kenduri sudah tuai tersebut.
6.      Penyembelihan sapi atau kerbau
Satu hari sebelum dilaksanakan kenduri dilaksanakan penyembelihan sapi atau penyembilahan kerbau. Pada hari itu juga anak batino memasak gulai dan membuat lemang untuk dibawa ke tempat dilaksanakan acara kenduri sko dan kenduri sudah tuai pada besok harinya.
7.      Memasang bendera marapekah dan membunyikan gong
Pada pagi hari dilaksana acara kenduri sudah tuai dan kenduri sko, dikibarkan bendera marapekah dan membunyikan gong masing-masing di rumah gedang atau di rumah pesusun.
8.      Seluruh anggota adat berkumpul di rumah gedang masing-masing
Seluruh anak jantan, anak batino, depati ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai berkumpul di rumah gedang masing-masing bersama-sama menuju tempat acara kenduri sudah tuai dan kenduri sko. Depati ninik mamak, alim ulama, anak jantan, dan anak batino memakai payung dan pakaian lengkap kebesarannya masing-masing. Kemudian, mereka bersama-sama turun dari rumah pesusun masing-masing berarak-arak menuju tempat dilaksanakan acara kenduri tersebut,. Di dalam arak-arakan tersebut depati dan ninik mamak serta alim ulama dipayungi oleh anak batino.
9.      Penurunan pusaka
Pagi hari sebelum kenduri sko dilaksanakan, terlebih dahulu diturunkan benda pusaka (keris, tudung, panabih perang, pedang, buluh yang berisi tulisan-tulisan nenek moyang yang dinamakan aksara incung, dan lain-lain) yang ada di rumah gedang masing-masing untuk dimandikan. Penurunan pusaka diwakili oleh satu orang anak batino dan satu orang anak jantan yang dianggap nenek oleh anggota suku. Proses pemandian benda pusakan menggunakan ramuan jeruk nipis yang diiris, bunga melati, daun-daun, labu putih, dan berbagai jenis bunga lainnya. Kemudian setelah semua alat yang dibutuhkan untuk memandikan pusaka sudah siap, maka bahan-bahan itu di campurkan ke dalam air, lalu benda pusaka siap untuk dimandikan. Namun, sebelum memandikan terlebih dahulu benda pusaka diasapkan dengan kemenyan.
Setetelah memandikan pusaka, maka air bekas pemandian itu diambil oleh masyarakat, lalu dijadikan sebagai obat padi dan obat tanaman supaya tumbuh dengan subur.
10.  Pelaksanaan acara kenduri sko dan kenduri siap panen
Setelah berkumpul semua dari masing-masing suku, maka duduklah di tempat yang telah diatur oleh panitia. Di hadapan depati ninik mamak dan anak jantan diletakkan punjung yang berisikan lemang berbungkus, lemang berikat, nasi berbungkus, gulai, pisang, pinang, sirih, dan gambir secukupnya yang ditutup dengan kain merah untuk depati, kain hitam untuk ninik mamak, kain putih untuk alim  ulama, dan kain kuning untuk anak jantan. Acara selanjutnya diatur oleh panitia, bisanya susunan acara tersebut sebagai berikut.
a.       Pembawa acara membacakan susunan acara.
b.      Sepatah kata dari kepala desa yang diwakili oleh satu kepala desa.
c.       patah kata dari ketua adat empat lurah permenti nan ketujuh empat desa sungai tutung.
d.      penyampaian ajat dari anak jantan ke ninik mamak ditunjukkan dari ninik mamak ke depati.
e.       acara jedah (makan bersama).
f.        pembacaan doa.
g.       acara selesai.
11.  Pulang kembali berarak-arakan menuju rumah pesusun atau rumah gedang masing-masing
Seluruh depati ninik mamak. alim ulama, cerdik pandai, ulu baling, anak jantan, serta anak batino kembali berarak-arakan penuju rumah pesusunan atau rumah gedang masing-masing untuk mengganti pakaiannya.
12.  Anak batino mengantarkan penjung
Anak batino yang membawa punjungn yang berisikan lemang berbungkus, lemang berikat, nasi berbungkus, gulai, pisang, pinang, sirih, dan gambir secukupnya diantarkan ke rumah masing-masing depati ninik mama alim ulama ulu balanag dan anak jantan.
13.  Acara kesenian
Setelah semua acara selesai dari pagi sampai sore, maka malam harinya diakanlah acara hiburan kesenian yang ada di desa  empat desa, maupun hiburan kesenian dari desa lain yang bertujuan untuk menghibur masyarakat yang ada di sekitar desa tersebut. Hiburan kesenian daerah yang ditampilakan antara lain sebagai berikut.
a.       Pencak silat
Pencak  Silat  adalah  seni  bela  diri  dengan  menggunakan  dua  mata  pedang. Pencak  silat  ini  dimainkan  oleh  sepasang  anak  jantan  yang  masing - masing memegang  satu  pedang.  Mereka  mempertontonkan  keahlian  bermain  senjata tajam.
b.      Tari Rangguk
Tari  Rangguk  ini  merupakan  tarian  spesifik  Kerinci  yang  populer.  Tarian  ini di tarikan  oleh  beberapa  gadis  remaja  sambil  memukul  rebana  kecil.  Tarian  ini di iringi  dengan  nyanyian  sambil  mengangguk – anggukkan  kepala  seakan memberikan  hormat.  Tari  Rangguk  di lakukan  pada  acara - acara  tertentu seperti  menerima  kedatangan  Depati  (tokoh  adat  Kerinci),  tamu  dan  para pembesar  dari  luar  daerah.
14.  Penrunan bendera pusaka
Besok harinya diadakan penurunan bendera adat atau bendera pusaka (karamentah). Kemudian pada malam hari diadakan rapat panitia dengan mengundang ninik mamak untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Setelah nink mamak menerima laporan tersebut maka ninik mamak membubarkan panitia  penyelenggara kenduri sudah tuai dan kenduri sko yang sudah selesai dilaksanakan, dengan dibubarkan panitia maka selesailah sudah acara kenduri sudah tuai dan kenduri sko.

C.     Pesan moral dalam upacara budaya adat kenduri sko
Acara kenduri siap panen dan kenduri sko merupakan salah satu upacara adat paling besar di kabupaten kerinci khususnya di desa sungai tutung. Dalam prosesi adat ini ada beberapa pesan moral yang dapat kita ambil dan teladani, diantaranya adalah sebagi berikut.
Pertama, pencak  Silat  yang  di  lakukan  oleh  para  Hulubalang,  merupakan  kesenian  khas  kerinci.  Nilai  yang  dapat  kita  ambil  dalam  kegiatan  itu  antara  lain  sikap mengembangkan rasa  persatuan dan kesatuan,  siap  membela,  mempertahankan dan  membangun  kampung  halaman.
Kedua, Nilai – nilai  Historis  (sejarah)  yang  mengalir  dalam  prosesi  penurunan  pusaka daerah sungai tutung. Mengurai perjalanan sejarahnya kepada khalayak sehingga mengingatkan masyarakat pada nenek moyangnya dahulu.
Jadi, dengan diadakannya acara kenduri sko ini, akan mengingatkan masyarakat tentang pengorbanan nenek moyang zaman dahulu dalam mempertahankan wilayah yang ditempati sekarang. Hal ini juga akan mengajarkan masyarakat untuk selalu bersyukur dan berterimakasih kepada tuhan yang maha esa yang telah memberikan rezeki kepada masyarakat yaitu berupa hasil panen.




BAB III

PENUTUP
A.     Simpulan
Kenduri sko merupakan upacara adat yang masih bertahan atau tetap dijalankan hingga saat ini. Bagi orang masyarakat Desa Sungai Tutung Kabupaten Kerinci keberadaan upacara tersebut memiliki arti penting yang mencakupi berbagai acara-acara yang dilakukan dan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Di lihat dari kegiatan-kegaiatan yang dilakukan saat kenduri sko, dapat dijelaskan bahwa kenduri sko memiliki makna sebagai ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta dan roh-roh nenek moyang atas hasil panen yang telah diberikan, dan sko merupakan simbol yang diidentikkan dengan pembersihan benda pusaka nenek moyang. Untuk memperbincangkan makna, setiap individu harus menafsirkannya, sehingga dapat mengatur tingkah laku individu tersebut. Hal itu hanya dapat ditampilkan melalui simbol yang terdapat dalam upacara.

B.     Saran
Upacara  adat  Kenduri  Sko  sebenarnya  telah  lama  tidak  dimunculkan akibat  kurangnya  kepedulian.  Namun,  sejak  beberapa  tahun  belakangan ini,  upacara  Kenduri  Sko  mulai  digali  kembali. Upacara  Kenduri  Sko  yang  dilaksanakan  bukan  hanya sebatas pertunjukan seni tradisional saja melainkan penganugerahan gelar adat sebenarnya. Di mana nantinya Pemangku Adat yang sudah diangkat diharapkan dapat menjalankan adat dalam negeri, membimbing anak kemenakan, menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang keruh, meluruskan yang bengkok, mempertautkan yang retak dan menyambung yang sudah putus. Pemangku adat haruslah menjadi suri teladan anak kemenakan dan masyarakat, berjalan lurus, tidak boleh terasa besar mau melanda, terasa panjang mau melilit, menggunting dalam lipatan, telunjuk lurus kelingking berkait.
Penulis sebagai generasi muda daerah Kerinci tepatnya desa sungai tutung mengharapkan agar upacara adat Kenduri Sko ini terus dijadikan satu agenda tetap Pemerintahan Kabupaten Kerinci khususnya daerah sungai tutung, seiring dengan misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kerinci menghidupkan seni budaya tradisional untuk meningkatkan kunjungan wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Afanti, S. 2007. Peradaban Suku Kerinci dan Tata Tertib Adat Depati Nan
Bertujuh. Kerinci.

Disparbud. 2003. Adat dan Budaya Daerah Kerinci. Kerinci: Pemerintah
Kabupaten Kerinci.

Disparbud. 2004. Sejarah Perjuangan Rakyat Kerinci Mempertahankan
Kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1949. Kerinci: Pemerintah
Kabupaten Kerinci.

Djakfar, I. dan Indra, I. 2001. Menguak Tabir Prasejarah di Alam Kerinci.
Pemerintah Kabupaten Kerinci.
Wahyu, Anhar . 2013. “Pengertian Budaya Menurut Para Ahli”. http://www.lintasberita.web.id/pengertian-budaya-menurut-para-ahli/. (Diunduh 20 November 2014).









LAMPIRAN
Lampiran I
Identitas Informan
Nama                           : Nisyafriadi, S.P., Rio.
Umur                            : 57 tahun
Alamat                         : Desa Baru Sungai Tutung, Kerinci, Jambi, Indonesia
Pekerjaan                     : Pensiunan
Posisi dalam adat          : Ketua Adat

Lampiran II
Pedoman Wawancara
1.      Apa itu upacara budaya adat kenduri sko  yang ada di kabupaten kerinci?
2.      Berapa tahun sekali dilaksanakannya acara budaya adat kenduri sko di desa sungai tutung?
3.      Apa  saja tahap-tahap yang dilakukan dalam proses upacara budaya adat kenduri sko  kabupaten kerinci desa sungai tutung?
4.      Apa tujuan dilaksanakannya upacara budaya adat kenduri sko  kabupaten kerinci desa sungai tutung?
5.      Saat pelaksaan upacara kenduri sko desa sungai tutung bagaimana bentuk susunan acaranya?
6.      Apa saja benda pusaka yang diturunkan saat kenduri sko?
7.      Apakah pesan moral yang dapatdiambil dari upacara adat kenduri sko?






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar