TUGAS III
MATA KULIAH
PENGANTAR KESUSASTRAAN
TUGAS III
KAJIAN UNSUR INSTRINSIK
CERPEN WARUNG PENAJEM
YANG DITULIS OLEH AHMAD
TOHARI

Oleh : Deta Fitrianita
NIM : 1300820/2013
Nomor Seksi : 52917
Dosen Pembimbing: Prof.
Dr. Hasanuddin WS, M.Hum
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini yaitu membuat kajian unsur instrinsik
cerpen mata kuliah Pengantar Kesusastraan. Kemudian shalawat beserta salam
penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman
hidup yakni al-qur’an dan sunah untuk keselamatan di dunia.
Dalam membuat kajian unsur instrinsik ini penulis
membuat tentang unsur instrinsik dari cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad
Tohari. Kajian unsur instrinsik ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pengantar Kesusastraan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah pada Universitas Negeri Padang. Selanjutnya penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hasanuddin selaku dosen mata
kuliah Pengantar Kesusastraan yang telah memberikan bimbingan serta arahannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
makalah sederhana ini, meningat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Padang, 19 November
2013
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..………..…ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Gambaran
umum cerpen Warung “Penajem”…….……………………….1
2. Rumusan
masalah………………………………………………………….3
BAB II KAJIAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN WARUNG
PENAJEM KARYA AHMAD TOHARI
1. Gaya
bahasa………………………………………………………………..4
2. Sudut
pandang……………………………………………………………..6
3. Tokoh………...…………………………………………………………….7
4. Latar………………………………………………………………………..9
5. Alur……………………………………………………………………….11
6. Tema…………...…………………………………………………………12
7. Amanat………………………….………………………………………..12
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………….…13
2. Saran……………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Gambaran
umum cerpen Warung “Penajem”
Dalam hal ini, disajikan gambaran
umum yang terkait dengan Cerpen Warung “Penajem”. Mulai dari ulasan
judul cerpen, siapa pengarangnya, identitas cerpen (diterbitkan pada media
cetak apa dan tahun berapa), hingga garis besar isi cerpen warung “Penajem”.
1.
Ulasan judul cerpen
Cerpen yang dipaparkan disini
berjudul Warung “Penajem”.Warung merupakan tempat sederhana, yang
digunakan masyarakat untuk menjual barang-barang kebutuhan.Warung dari segi bentuknya
lebih sederhana daripada toko. Selain bentuk fisik yang umumnya sederhana, juga
dari segi kelengkapan barang-barang yang dijual. Dalam cerpen ini, pengarang
mendeskripsikan bagaimana sebuah warung kecil milik Jum, yang merupakan istri
Kartawi, nama tokoh yang terdapat dalam cerpen ini. Ditegaskan dalam paragraf
empat kalimat kedua dan ketiga, (Sosok Jum masih tampak jelas dalam rongga
matanya, melayani tetangga yang membeli cabai, bumbu masak, atau ikan asin.
Atau segala macam kebutuhan dapur para petani tetangga).
Judul cerpen adalah Warung “Penajem”.
Setelah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan warung, maka judul
warung ditambah kata “penajem”.Ini merupakan sebuah istilah asing yang
dapat dijumpai dalam bahasa Jawa. “Penajem” merupakan sesuatu yang bisa
digunakan untuk memotong, menusuk.
Dari judul cerpen, dapat digambarkan
bahwa Warung “Penajem” adalah sebuah tempat sederhana yang
menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, keperluan
dapur, dan lain-lain dengan memberikan sesuatu bersifat mistis, tujuannya agar
warung tersebut laris oleh pembeli. Dengan adanya penajem, secara tidak lansung
akan memikat minat pembeli untuk berbelanja ke warung tersebut. Cerpen ini
mampu menyajikan judul yang menarik, ringkas, lugas dan memunculkan rasa ingin
tahu yang tinggi dari sipembaca. Pembaca yang benar-benar membaca cerpen ini
dengan rasa ingin tahu yang tinggi, akan mudah memahami maknanya setelah
membaca keseluruhan isi cerpen.
2.
Pengarang cerpen Warung “Penajem”
Cerpen yang berjudul Warung
“Penajem” ini merupakan hasil tulisan fiksi dari seorang Ahmad Tohari.Beliau
lahir di Tinggarjaya, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Ia menamatkan SMA di
Purwokerto. Namun demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu
Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta(1967-1970), Faskultas Ekonomi Universitas
Sudirman, Purwokerto(1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas
Sudirman (1975-1976).
Pada cerpen Warung “Penajem”
sastrawan ini melahirkan sebuah karya yang tak kalah menariknya dengan
tulisan-tulisan kreatif lainnya. Ahmad Tohari, sastrawan yang masih berdarah
Jawa, dalam cerpen ini masih kental menggunakan istilah Jawanya.
3.
Identitas cerpen (diterbitkan pada
media cetak apa dan tahun terbit cerpen)
Cerpen ini diterbitkan oleh media
cetak KOMPAS, hari Minggu, tepatnya tanggal 13 Novenber 1994. Cerpen
Warung”Penajem” ini terdiri dari lebih 18 paragraf.
4.
Garis besar isi cerpen
Cerpen yang berjudul Warung
“Penajem” karya Ahmad Tohari ini bercerita tentang realitas sosial masyarakat
tradisional yang masih percaya pada kekuatan mistik.
Disni terlihat bagaiman sosok Jum
berusaha menjalani usaha dan mencapai kesuksesan melalui kekuatan Dukun atau
orang pintar. Dukun itu dikenal dengan nama Pak Koyor.
Cerpen ini menggambarkan kepada
pembaca bagaimana suasana sebuah masyarakat tradisional menjalani kehidupannya
sehari-hari. Setiap keluarga mempunyai kisah tersendiri. Termasuk keluarga Jum
dan Kartawi yang memiliki cita-cita sederhana, mempunyai warung dan membangun
rumah tembok. Memang terlihat sederhana, karena bagi masyarakat kota itu hal
yang lumrah. Jum dan Kartawi disini berperan sebagai tokoh utama. Dengan
bantuan Kartawi yang membuatkan Jum sebuah warung kecil, ekonomi Jum perlahan
hidup dari membuka warung. Jum telah menunjukkan usaha yang sederhana. Tujuan
ini diprioritaskan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Konflik disini hadir setelah uasaha
Jum membuka warung yang tidak irasional, yang tidak realistis, dan kurang logis
diterima masyarakat pada umumnya. Jelas bahwa realitas sosial masyarakat
tradisional diperkampungan ini menggunakan kekuatan mistis melalui dukun
seperti yang dilakukan Jum sendiri. Jum memberi “penajem” kepada
warungnya. Dari sinilah istilah warung “penajem” diberikan kepada warung
sederhana milik Jum. Irasionalitas dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan
ekonomi masyarakat tradisional ini berbeda drastis dengan masyarakat modern
atau masyarakat kota yang mendasarkan keberhasilan ekonomi menggunakan pola
manjemen yang baik, yang realitistis dan rasional. Mereka yakin usaha dan kerja
keras akan membuahkan hasil. Hal ini ditegaskan hadirnya argument Jum pada
paragraf tiga belas, kalimat kedua cerpen ini (Setiyar Kang, supaya
warung kita tetap laris. Kamu tahu Kang,sekarang sudah banyak saingan).
Jelas disini bahwa Jum menunjukkan
sifatnya yang masih percaya akan kekuatan mistis. Jum masih melihat bahwa dalam
meraih sebuah keberhasilan ekonomi, maka usaha itu perlu diberi “penajem”
dengan perantara dukun yang bernama Pak Koyor. Memberi “penajem” berarti memberi
“sesaji”. Sesaji itu bermacam-macam, bisa berupa uang, ayam cemani, atau
bahkan tubuh pasien sendiri. Jum telah memberikan sesaji yang terakhir.Dari
sinilah lahir konflik dari puncak permasalahan.
Kartawi akhirnya marah karena sifat
Jum yang menjawab dengan gamblang setiap pertanyaan dari suaminya, ia telah
melakukan jalan yang salah dalam mencapai keberhasilan. Hal ini lah yang
membuat Kartawi pergi meninggalkan rumah ulah perangai istrinya sendiri yang
telah mendapat aib dari para tetangga. Namun, beberapa hari selanjutnya Kartawi
akhirnya kembali ke rumah Karena kecintaannya kepada anak-anak. Bagaimanpun
juga Kartawi harus menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga.Bathin
sesungguhnya masih menyimpan amarah, yang membuatnya remuk setiap mengingat kembali
peristiwa itu.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah bahasa cerpen Warung
“Penajem” karya Ahmad Tohari mudah di pahami ?
2.
Apakah bahasa cerpen Warung
“Penajem” karya Ahmad Tohari menarik ?
3.
Apakah bahasa cerpen Warung
“Penajem” karya Ahmad Tohari mengandung sugesti estetik ?
4.
Dimanakah posisi pencerita (narator)
cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari di dalam menarasikan cerita ?
5.
Apakah tokoh cerita cerpen Warung
“Penajem” karya Ahmad Tohari dapat diidentifikasi secara fisik ?
6.
Apakah tokoh cerita cerpen Warung “Penajem”
karya Ahmad Tohari dapat diidentifikasi secara psikhis ?
7.
Bagaimana interaksi antar tokoh di
dalam cerita cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
8.
Apakah latar yang terdapat dalam
cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
9.
Bagaimanakah alur yang terdapat
dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
10. Apakah tema
yang terdapat dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
11. Apakah
amanat yang terdapat dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
BAB II
KAJIAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN
WARUNG “PENAJEM” KARYA AHMAD TOHARI
A. Gaya Bahasa
Menurut Zaidan (2004 : 76) Gaya
bahasa adalah cara pengungkapan dalam prosa atau puisi. Analisis gaya meliputi
kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, bentuk paragraf; pendeknya, setiap
aspek bahasa pemakaiannya oleh penulis; langgam (style Ing). Dalam cerpen
Warung “Penajem “ dijumpai beberapa buah gaya bahasa yaitu Personifikasi dan
Hiperbola. Zaidan (2004 : 154) menyatakan bahwa personifikasi adalah majas
pengorangan dengan cara memberikan wujud manusia yang nyata kepada benda atau
konsep abstrak ; perwujudan. Contohnya terdapat dalam kalimat berikut ( Maka
suara yang kering tajam , Wajah kemarau yang menghampar diatas dataran tanah
berkapur, Kartawi merasa ada tekanan menusuk dadanya, Warung Jum langsung
hidup, Berteman bayang-bayang sendiri, Suara dedaunan kering yang remuk
terinjak mengiringi setiap langkah petani muda itu, Tatapannya menusuk mata
istrinya).
Sedangkan hiperbola menurur Zaidan
(2004 : 84) adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan melebih-lebihkan dari
kenyataan yang sebenarnya untuk menonjolkan gagasan yang dimaksudkan. Contohnya
terdapat dalam kalimat berikut( Pokoknya, Kartawi merasa jadi lelaki beruntung
karena punya istri Jum, Kartawi merasa dirinya terayun-ayun dalam ketidakpastian
yang sangat menyiksa, Ia merasa ada gelombang pasang naik dan menyebar
keseluruh pembuluh darahnya. Kartawi melihat wilayah-wilayah pribadi tempat
bersemayam harga diri kelelakiannya terinjak-injak). Umumnya gaya bahasa yang
dijumpai berupa personifikasi dan hiperbola Personifikasi mencakup
kedalam gaya bahasa perbandingan, sedangkan hiperbola mencakup gaya
bahasa pertentangan.
Setelah diketahui gaya bahasa ,
dapat pula diketahui masalah bahasa penceritaan cerpen Warung “Penajem “ karya
Ahamd Tohari ini sedikit sulit dipahami oleh pembaca non Jawa karena ada
beberapa buah kata yang ditemukan menggunakan istilah-istilah khusus dalam
bahasa Jawa. Akan tetapai mudah dipahami oleh pembaca yang mengerti dengan
bahasa Jawa, khususnya masyarakat Jawa. Dari judul cerpen kita bisa menilai
bahwa “penajem” merupakan sesuatu yang bisa digunakan untuk memotong,
menusuk. Dari judul Warung “Penajem” berarti warung yang mempergunakan alat
semacam yang tajam. Pada paragraf 6, kalimat kelima ditemukan pula kata ngelmu
yaitu(Kata Jum yang mengaku telah tahu ngelmu perwarungan harus ada kayu
dari pohon buah-buahan dalam bangunan warung). Kalimat lain yang juga
menggunakan istilah Jawa terdapat dalam paragraf 7 kalimat kedelapan yaitu
(Soalnya sederhana, punya istri yang pergi kulak dagangan naik sepeda
motor sendiri adalah prestasi yang sulit disamai oleh sesama petani dikampungnya).
Pada paragraf 13 kalimat dua juga
ditemukan yaitu(Setiyar Kang, supaya warung kita tetap laris). Kata eling
juga ditemukan dalam paragraf 16 kalimat enam (Kang, saya masih eling). Istilah
Jawa juga masih ditemukan dalam paragraf 16 Pada kalimat duapuluh empat yaitu
(Kang, jika warung kita bertambah laris, kita juga yang bakal enak-kepenak
bukan ?). Terakhir terdapat dalam pagragraf 18 kalimat 8 yaitu (Keluargaku bisa
hidup wareg, anget,rapet).
Cerita ini menarik karena
kepercayaan Jum terhadap mistik begitu tinggi tanpa seutuhnya berfikir lebih
realistis dalam memperoleh rezeki. Seperti yang terdapat dalam paragraf 6
kalimat keenam sebagai berikut (“Kang, kata orang-orang tua, kayu dari pohon
buah-buahan bisa memancing selera pembeli,”. Kata Jum dulu kepada suaminya.)
Tidak hanya itu, cerita ini lebih menarik lagi karena keinginan Jum untuk
berhasil membuka warung mendapat kritik yang tidak menyenangkan dari para
tetangga bahwa Jum telah membrikan penajem kepada Pak koyor, yaitu orang
pandai yang memeberikan penglaris untuk warungnya. Cas-cis-cus
tetangga inilah yang membuat Kartawi khawatir dan sebuah ketidakpastian menjadi
tanda tanya dalam dirinya. Pernyataan ini terdapat dalam paragraf 8 (Tetapi
mengapa sejak beberapa hari terakhir ini Kartawi mendengar selentingan para
tetangga tentang Jum. Entah darimana sumbernya para tetangga mengembangkan cas-cis-cus
bahwa Jum pekan lalu tanpa sepengetahuan suami pergi mengunjungi Pak Koyor,
orang pandai dari kampung sebelah. Orang bilang Jum pergi kesana demi
memperoleh penglaris bagi warungnya. Soal mencari penglaris Kartawi maklum
bahkan setuju. Ya. Kartawi memang percaya, meraih cita-cita tidak cukup dilakukan
dengan usaha nyata. Namun masalahnya, cas-cis-cus para
tetangga telah mengembang lebih jauh; bahwa Jum telah memberikan penajem
kepada Pak Koyor, Kartawi tahu
penajem, yaitu syarat yang harus diberikan kepada dukun agar suatu upaya mistik
berhasil, bisa berupa uang, ayam cemani, atau bahkan tubuh pasien
sendiri. Dan para tetangga bilang, Jum telah memberikan yang terakhir itu
kepada sang dukun).
Cerita ini mengandung sugesti
estetik yaitu berupa pengaruh nilai terhadap tokoh dalam cerpen ini. Sebagai
pembaca, kita menjadi simpati terhadap Kartawi yang sayang pada keluarganya.,
terutama terhadap istrinya, Jum. Seperti yang terdapat pada paragraf 6 dalam
kalimat satu, dua dan tiga (Setelah menjadi istri Kartawi, maka Jum tidak minta
apa-apa kecuali dibuatkan warung yang sebenarnya. Kartawi menurut karena suami
itu memang amat sayang kepada Jum. Maka Kartawi menjual dua ekor kambing dan
menebang beberapa pohon, satu diantaranya pohon bacang. Tidak hanya itu,
pembaca juga simpati terhadap sifat Kartawi yang memilih mengalah dan kembali
pulang kerumah istrinya. Meskipun harus memendam amarah yang begitu besar
terhadap istrinya. Terdapat dalam paragraf 18 kalimat 1 sampai 4 yaitu (Pada
hari keempat Kartawi pulang. Rindunya kepada rumah, kepada anak-anak dan kepada
Jum tak tertahankan. Bagaimana juga Jum dan anak-anak sudah lama menjadi bagian
hidup Kartawi sendiri. Kemarahan yang amat sangat tak mampu mengeluarkan Jum
dari inti kehidupannya).
Cerita ini juga memunculkan sugesti
antipati terhadap Jum, meskipun disisi lain Jum adalah pekerja keras demi
mewujudkan cita-citanya. Disini Jum terlalu serakah dalam mencapai keberhasilan
ekonomi. Jum telah melakukan jalan yang salah dalam memajukan usaha warungnya.
Dengan jalan memberi penajem untuk warungnya tanpa mendiskusikannya terlebih
dahulu pada Kartawi. Apalagi Jum memberikan penajem yang berakibat fatal
bagi harga dirinya sebagai seorang istri, bagi suami dan anak-anak sehingga
keluarganya mendapat gosip yang tidak sedap dari tetangga. Pasalnya, Jum telah
memberikan tubuhnya sendiri kepada Pak koyor sebagai tumbal. Hal ini terdapat
dalam paragraf 8 kalimat kedua, ketujuh dan kedelapan yaitu ( Entah darimana
sumbernya para tetangga mengembangkan cas-cis-cus bahwa
Jum pekan lalu tanpa sepengetahuan suami mengunjungi Pak Koyor, orang pandai
dari kampung sebelah. Kartawi tahu penajem, yaitu syarat yang harus diberikan
kepada dukun agar suatu upaya mistik berhasil, bisa berupa uang, ayam cemani
atau bahkan tubuh pasien sendiri. Dan para tetangga bilang,Jum telah memberikan
yang terakhir itu kepada sang dukun).
B. Sudut Pandang
Menurut Atmazaki (2007 : 105)
berpendapat bahwa sudut pandang atau pusat pengisahan merupakan tempat berada
narator dalam menceritakan kisahnya. Setiap kalimat di dalam karya sastra
naratif merupakan perkataan yang diucapkan oleh seseorang.
dalam mengkaji unsur intrinsik
cerpen, kita mengenal adanya dua posisi pencerita (narator) di dalam cerita tersebut.
Yang pertama posisi narator sebagai teknik aku-an dan kedua,
posisi narator sebagai teknik dia-an. Menggunakan teknik aku-an
pengarang lebih banyak bercerita tentang diri pribadinya sendiri atau
pengalamannya sendiri. Kata-kata yang lazim dijumpai dalam tulisan tersebut
adalah “aku”. Berbeda dengan teknik dia-an, disini narator tidak lagi
bercerita tentang dirinya sendiri melainkan tentang orang lain. Kata-kata yang
lazim dijumpai adalah nama orang atau kata ganti orang ketiga seperti (Pak
Koyor, Kartawi, tetangganya, mereka, dan lain-lain). Dapat diambil kesimpulan
bahwa posisi pencerita(narator) dalam cerpen Ahmad Tohari yang berjudul Warung
“Penajem” adalah diluar cerita. Hal yang diceritakan oleh narator bukanlah
cerita tentang dirinya sendiri. Cerpen ini menceritakan tentang orang lain yang
tidak lain adalah (Kartawi, Jum, Pak Koyor, para tetangga, dan anak-anak).
Sehingga tidak ditemukannya masalah yang menceritakan langsung tentang narator.
Karena narator menceritakan kisah tokoh lain, maka teknik yang digunakan adalah
teknik cerita dia-an.
Argumentasi dapat kita temukan pada
paragraf 5 kalimat pertama yaitu (Kartawi tahu segalanya tentang Jum sejak
istrinya itu masih ingusan).
C. Tokoh
Menurut Atmazaki (2007 : 102-103)
bahwa setiap karya sastra naratif mempunyai karakter atau tokoh. Justru
tindakan tokohlah yang menggerakkan peristiwa sehingga menimbulkan berbagai
peristiwa lanjutan. Tokoh jugalah yang membedakan sebuah karya sastra naratif
dengan tulisan-tulisan deskriptif. Tokoh merupakan sebuah komponen penting
dalam cerita. Apa bila tokoh tidak ada sulit menggolongkan karya tersebut
kedalam karya sastra naratif karena terjadinya plot adalah karena tindakan dan
akibat dari tindakan tokoh-tokoh.
Karakter atau tokoh adalah orang yang dilengkapi dengan kulaitas moral
dan watak yang diungkapkan oleh apa yang dikatakannya , dialog, dan apa yang
dilakukannya.
Jadi, dalam cerpen Warung “Penajem”
karya Ahmad Tohari ini dapat diidentifikasi watak tokoh secara fisik, psikis
dan karakter lewat pembuktian dan penjelasan yang ditegaskan dengan berdasarkan
isi cerpen. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya:
1.
Kartawi
Fisik: Muda, menggunakan caping
bambu, memakai kaos oblong, raut wajah yang lesu, dengan kondisi tubuh yang
lelah.
Argumentasi : Dalam paragraf 1
kalimat 4 (Dan petani muda itu terus mengayunkan cangkul). Kalimat 6 (Kaos
oblong yang dipakai Kartawi sudah basah oleh keringat). Kalimat 8 (Dan dibawah
bayangan caping bambu yang dipakainya, wajah Kartawi tampak lebih tua dan
berdebu). Paragraf 3 (Otot-ototnya serasa kehilangan tenaga).
Psikhis: Penyayang, mempunyai rasa
ingin tahu yang tinggi, dan melampiaskan emosi tanpa menyakiti orang lain.
Argumentasi : Menyatakan Kartawi
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terdapat dalam paragraf 10 kalimat satu
(Karena sadar hanya Jum sendiri yang bisa memberinya kejelasan, Kartawi
memutuskan segera pulang meskipun hasil kerja siang itu sama sekali belum
memadai. Paragraf 12 kalimat pertama (Maka pertanyaan tentang cas-cis-cus
para tetangga itu baru bisa diajukan oleh Kartawi ketika malam sudah larut).
Menyatakan Kartawi melampiaskan
emosi tanpa menyakiti orang lain dalam paragarf 15 kalimat 4 dan 5 (Jum
menyembunyikan wajah karena mengira kartawi akan memukulnya). Dan (Tidak,
Kartawi ternyata bisa menahan diri meski seluruh tubuhnya bergetar karena
marah).
2. Jum
Fisik: Muda, segar, dan masih kuat.
Argumentasi: Terdapat dalam paragraf
4 kalimat 4 dan 5 yaitu (Jum yang segar dan kuat. Jum yang punya hasrat besar
punya rumah tembok, televisi, dan sepeda motor bebek).
Psikhis: percaya
dengan hal gaib atau mistik, punya keinginan yang tinggi, berlagak tidak peduli
dalam menghadapi masalah.
Argumentasi : jum percaya mistik,
dalam paragraf 6 kalimat 6 yaitu (“Kang, kata orang-orang tua, kayu dari pohon
buah-buahan bisa memancing selera pembeli). Terdapat pula argument pada
paragraf 8 kalimat 2 yaitu (Entah darimana sumbernya para tetangga
mengembangkan cas-cis-cus bahwa Jum pekan lalu tanpa
setahu suami pergi mengunjungi Pak Koyor, orang pandai dari kampung sebelah).
Argumentasi yang menunjukkan jum
berambisi tinggi pada paragraf 4 kalimat 6 (Dan demi cita-cita itu Jum merasa
tak punya jalan kecuali bekerja keras dan mau menempuh segala upaya agar
warungnya maju dan laris).
Argumentasi paragraf yang menyatakan
Jum berlagak acuh terdapat dalam paragraf 13 kalimat pertama (“Ya,Kang, pekan
lalu saya memang pergi kepada Pak Koyor,” kata Jum dalam gaya tanpa beban). Terdapat
pula dalam paragraf 16 kalimat delapan belas dan Sembilan belas yaitu (“Oalah
Kang, bedanya banyak, karena Cuma main-main maka begitu-begitu yang saya
lakukan itu tidak sampai kehati).
3.
Pak Koyor
Fisik : Terlihat tua
Argumentasi pada paragraf 8 kalimat
6 (Namun masalahnya, cas-cis-cus para tetangga mengembang
lebih jauh; bahwa Jum telah memberikan penajem kepada Pak koyor).
Psikhis: Dukun (orang pandai) yang
serakah
Argumentasi paragaraf 8 kalimat 7
(Kartawi tahu penajem, yaitu syarat yang harus diberkan kepada dukun
agar suatu upaya mistik berhasil bisa berupa uang, ayam cemani, atau
bahkan tubuh pasien sendiri).
4.
Tetangga
Fisik: ibu-ibu
Argumentasi terdapat dalam paragraf
4 kalimat 2 (Sosok Jum masih tampak jelas dalam rongga matanya, melayani
tetangga yang membeli cabai, bumbu masak atau ikan asin).
Psikhis: tidak bisa diidentifikasi.
Argumentasi: Dalam paragraf 9
kalimat 2 dan 3 Dalam hati(Kartawi berharap selentingan para tetangga itu Cuma
omong kosong. Mungkin mereka iri melihat warung Jum laris sehingga mereka
sengaja meniupkan cerita macam-macam, pikir Kartawi).
5.
Anak-anak
Fisik: tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.
Psikhis:
tidak ikut campur dalam konflik keluarga.
Argumentasi dalam paragraf 12 kalimat 2 yaitu
(Anak-anak pun sudah lama tertidur).
D. Latar
Atmazaki (2007 : 104-105) mengatakan bahwa tempat
dan urutan waktu ketika tindakan berlangsung. Latar sebuah episode dalam sebuah
karya sastra adalah lokasi tertentu secara fisik tempat tindakan terjadi. Latar
merupakan faktor utama dalam memformulasi persoalan dan berpengaruh langsung
dalam pengungkapan tema. Latar tidak harus sebuah tempat yang secara fisik atau
nyata ada dalam realitas, tetapi dapat juga berupa kondisi pshikis dan moral
suatu keadaan. Latar yang digunakan hanya ciptaan pengarang, yang kalau dilacak
kebenarannya tidak akan ditemukan sebagaimana diceritakan. Latar sebuah cerita
akan mewarnai cerita tersebut.
1. Tempat
a. Di
sebuah ladang yang kering kerontang.
Argumentasi
; paragraf 1 kalimat 1 ( bunyi yang kering dan tajam selalu terdengar setiap
kali mata cangkul Kartawi menghujam tanah tegalan yang sudah lama kerontang) .
b. Di
bawah pohon johar.
Argumentasi
; paragraf 4 kalimat pertama ( Kartawi berdiri dalam keteduhan pohon johar yang
masih mempertahankan daun-daun terakir).
c. Di
jalan, simpang empat kecil.
Argumerntasi
: paragraf 10 kalimat 4 ( pada sebuah simpang empat kecil, lelaki itu berbelok
kea rah timur).
d. Di
ruang istirahat keluarga (ruang nonton).
Argumentasi
; paragraf 12 kalimat ke-3 ( dan Jum yang saat itu sedang duduk menikmati
televisi tampak tak berminat menanggapi pertanyaan suaminya).
e. Di
halaman.
Argumentasi: paragraf 18 kalimat 4 (namun
sampai di halaman Kartawi termangu.
Dipandangnya warung Jum yang laris yang telah mendatangkan banyak untung).
2. Waktu
a. Musim
kemarau, di siang hari yang terik.
Argumentasi
paragraf 1 kalimat 5 ( maka suara yang kering – tajam, percikan debu dan
sentakan-sentakan otot terus runtut terjadi di bawah matahari kemarau yang
terik) dan pada paragraf 2 kalimat 4 ( kedua matanya menyipit dan menerawang
datar ke depan).
b. Di
sore hari.
Argumentasi
; paragraf 11 kaliamat 3 ( namun ternyata suami yang sedang memendam
kejengkelan itu harus menahan diri sampai sore hari malah malam hari).
c. Di
malam yang sudah larut.
Argumentasi
; paragraf 12 kalimat 1 (maka pertanyaan suami benar tidaknya cas-cis-cus
para tetangga itu baru bisa diajukan oleh Kartawi ketika malam sudah larut).
3.
Suasana
a. Panas,
karena musim kemarau.
Argumentasi
: paragraf 1 kalimat 6 ( kaus oblong yang dipakai Kartawi sudah basah oleh
keringat).
b. Menegangkan
Argumentasi
: paragraf 16 kalimat 13 dan 14 (Porak- porak. Jemari
kembali meregang untuk meremas gelas yang masih digenggamnya).
c. Ricuh
Argumentasi
: paragraf 16 kalimat 25 dan 26 (Detik berikut terdengar suara gelas hancur
terbanting di lantai. Kartawi ke luar setelah membanting pintu keras- keras).
E.
Alur
Atmazaki
(2007 : 99-100) menjelaskan bahwa alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat
pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis
saling berkaitan dan yang diakibatkan dan dialami oleh para pelaku. Dengan
pengertian itu, jenis plot sebuah karya sastra tidak ditentukan oleh pengarang (bukan
ciptaan pengarang melainkan rekaan pembaca).
Berdasarkan pengertian diatas dapat
ditegaskan bahwa alur menuntut seorang pembaca berhadapan dengan berbagai
peristiwa yang terjadi, disini terdapat sebuah hubungan sebab akibat yang
saling runtut satu sama lain.Sehingga dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad
Tohari ini disajikan sebuah alur dan mengaitkannya dengan peristiwa yang ada.
Dalam cerpen Warung “Penajem” karya
Ahmad Tohari ini disajikan menggunakan teknik penceritaan berurutan dari awal
ke akhir. Cerita ini dimulai dari siang hari yang begitu panas pada musim
kemarau di saat Kartawi tengah bekerja di sebuah ladang yang kering kerontang.
Disaat Kartawi beristirahat dibawah pohon johar , Ia teringat kembali akan
sosok Jum, istrinya. Argumentasi ini terdapat pada paragraf 4 kalimat 1 dan 2 (
Kartawi berdiri dalam keteduhan pohon johar yang masih mempertahankan daun-daun
terahir. Sosok Jum masih tampak jelas dalam rongga matanya, melayani tetangga
yang membeli cabai , bumbu masak atau ikan asin).
Dengan mengingat istrinya, Kartawi
teringat kembali akan hal yang tidak menyenangkan tentang Jum. Argumentasi ini
terdapat pada paragraf 8 kalimat 2 ( entah darimana sumbernya , para tetangga
mengembangkan cas-cis-cus bahwa Jum pekan lalu tanpa
setahu suami pergi mengunjungi pak Koyor, orang pandai dari kampung sebelah.
Setelah itu, Kartawi pulang ke rumah
dan meninggalkan pekerjannya yang terbengakalai. Argumentasi ini terdapat dalam
paragraf 10 kalimat 1 ( karena sadar hanya Jum sendiri yang bisa memberinya
kejelasan, Kartawi memutuskan segera pulang meskipun hasil kerja siang itu sama
sekali belum memadai.
Mengetahui kebenaran itu , Kartawi pergi meninggalkan rumah. Argumentasi
ini terdapat dalam paragraph 16 kalimat 24 dan 26 (kartawi bangkit. Detik berikut
terdengar suara gelas hancur terbanting ke lantai. Kartawi keluar setelah
membanting pintu keras-keras).
Alur cerita tidak hanya berhenti disitu, karena kejadian itu, Kartawi
selama 3 hari pergi meninggalkan rumah. Argumentasi ini terdapat dalam
paragraph 17 kalimat pertama (selama tiga hari kartawi lenyap dari rumah). Setelah
menyadari, akhirnya pada hari keempat kartawi kembali pulang kerumah mengingat
akan keluarganya. Meskipun konflik belum berakhir. Argumentasi ini terdapat
dalam paragraf 18 kalimat 1, 2, 3, dan 4 (pada hari keempat kartawi pulang.
Rindunya pada rumah, kepada anak-anak, dan kepada Jum tak tertahankan.
Bagaimana juga Jum dan anak-anak sudah lama menjadi bagian hidup kartawi
sendiri. Kemarahan yang amat sangat tak mampu mengeluarkan Jum dari inti
kehidupannya).
F.
Tema
Menurut
Nurgiyantoro (1995 : 74) menyatakan bahwa tema dalam sebuah karya sastra,
fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari jumlah unsur pembangun cerita yang
lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan. Bahkan sebenarnya
eksistensi tema itu sendiri amat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal
itu disebabkan tema hanya berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita,
tak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Oleh sebab
itu, tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan
penokohan dan latar. Dapat dijelaskan pada bagian ini, maka tema dalam cerpen
Ahmad Tohari yang berjudul warung penajem dapat ditemukan.
Konflik terjadi dalam diri tokoh kartawi dan jum
berasal dari internal. Semua masalah berhubungan dengan Kartawi dan Jum. Kedua
tokoh menyita sebahagian besar penceritaan. Dan terlibat hampir seluruh dengan
tokoh cerita.
Dapat diidentifikasi persoalan masalah dalam cerpen
menyajikan tema berupa realita kehidupan dalam keluarga di setiap anggota
masyarakat tradisional yang memiliki kepercayaan terhadap hal mistik yang
berhubungan dengan kepentingan ekonomi.
G.
Amanat
Cerpen
warung penajem karya Ahmad Tohari mampu memberikan efek pesan yang baik berupa
nila-nilai yang berlaku secara universal; dan membuat pembaca bisa
menginstropeksi diri ( nilai yang sublim ) sehingga, diperolah amanat yang
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca cerpen ini. Amanat secara
umum , yaitu kebahagiaan hakiki bukanlah kebahagiaan materi semata dan kita
hendaknya bisa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Amanat yang
diperoleh dari tokoh Kartawi yaitu mempetahankan keutuhan keluarga adalah
tanggung jawab seorang suami. Amanat yang diperoleh dari tokoh Jum yaitu memperoleh
rezeki dengan jalan yang salah tidak akan membawa berkah. Amanat yang diperoleh
dari tokoh pak Koyor yaitu, berpikir irasional tidak akan membantu kita
seutuhnya. Amanat yang diperoleh dari tokoh para tetangga yaitu kita tidak
boleh susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cerpen
“Warung Penajem” karya Ahmad Tohari menggunakan gaya bahasa yang menarik.
Umumnya gaya bahasa menggunakan majas personifkasi dan hiperbola. Meskipun
beberapa kata menggunakan istilah Jawa seperti : Penajem, Setiar, Eling, Kulak,
dan lain-lan. Akan tetapi menarik untuk dibaca dan mengandung sugesti estetik.
Sudut pandang menggunakan teknik dia-an seperti (Kartawi, Jum, Pak Koyor, Para
tetangga, dan lain-lain). Penceritaan cerpen di wujudkan melalui tokoh baik
secara fisik, psikis, maupun interaksi tindakan dengan tokoh lain atas hubungan
peran. Tokoh Jum dapat teridentifikasi sebagai orang yang giat berusaha, akan
tetapi tidak realistis.
Latar disini
berkisah umumnya di sebuah perkampungan sederhana dengan melukiskan latar
tempat seperti di warung Jum, di sawah maupun diladang. Latar waktu terjadi di
saat musim kemarau yang terik, dan latar suasana yang sibuk dengan aktifitas
sehari-hari masyarakat tradisional. Alur cerpen Warung “Penajem” terstruktur
secara kronologis dan menghasilkan peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan.
Dimulai dari kartawi berda di sawah hingga berakhir di halaman rumah.
persoalan
masalah dalam cerita yang menyajikan tema berupa realita sosial masyarakat
tradisional yang mempercayai mistik demi kepentingan ekonomi. Terakhir, amanat
berupa pesan dan nilai-nilai yang sublim. Dengan memahami penceritaan cerpen
Warung “Penajem” tergambar sebuah amanat bahwa kebahagiaan hakiki bukanlah
kebahagiaan materi semata.
B.
Saran
Setelah
kajian unsur intrinsik cerpen ini dibahas dan disimpulkan, maka dikemukakan
saran-saran kepada :
1.
Disarankan kepada pembaca agar lebih
kritis dan berfikir rasional dalam mencapai cita-cita. Keberhasilan ekonomi
akan terwujud dengan usaha sungguh-sungguh, dan kekuatan mistis bukanlah
satu-satunya jalan untuk mencapai kesuksesan.
2. Disarankan
kepada mahasiswa untuk lebih kritis dan lebih cermat dalam mengkaji unsur
intrinsik yang terdapat dalam sebuah cerpen.
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra. Padang: UNP PRESS.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Zaidan, Abdul Rozak, Rustapa. dan Hani’ah. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar