Minggu, 20 September 2015

KAJIAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN WARUNG PENAJEM YANG DITULIS OLEH AHMAD TOHARI


TUGAS III

MATA KULIAH

PENGANTAR KESUSASTRAAN



TUGAS III

KAJIAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN WARUNG PENAJEM

YANG DITULIS OLEH AHMAD TOHARI
















Oleh : Deta Fitrianita

NIM : 1300820/2013





Nomor Seksi : 52917

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum





















PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sederhana ini yaitu membuat kajian unsur instrinsik cerpen mata kuliah Pengantar Kesusastraan. Kemudian shalawat beserta salam penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunah untuk keselamatan di dunia.
Dalam membuat kajian unsur instrinsik ini penulis membuat tentang unsur instrinsik dari cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari. Kajian unsur instrinsik ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Kesusastraan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Universitas Negeri Padang. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hasanuddin selaku dosen mata kuliah Pengantar Kesusastraan yang telah memberikan bimbingan serta arahannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah sederhana ini, meningat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.



Padang, 19 November 2013




Penulis


 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..………..…ii
BAB I             PENDAHULUAN
1.      Gambaran umum cerpen Warung “Penajem”…….……………………….1
2.      Rumusan masalah………………………………………………………….3
BAB II            KAJIAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN WARUNG PENAJEM KARYA AHMAD TOHARI
1.      Gaya bahasa………………………………………………………………..4
2.      Sudut pandang……………………………………………………………..6
3.      Tokoh………...…………………………………………………………….7
4.      Latar………………………………………………………………………..9
5.      Alur……………………………………………………………………….11
6.      Tema…………...…………………………………………………………12
7.      Amanat………………………….………………………………………..12
BAB III          PENUTUP
1.      Kesimpulan…………………………………………………………….…13
2.      Saran……………………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....14

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Gambaran umum cerpen Warung “Penajem”
Dalam hal ini, disajikan gambaran umum yang terkait dengan   Cerpen Warung “Penajem”. Mulai dari ulasan judul cerpen, siapa pengarangnya, identitas cerpen (diterbitkan pada media cetak apa dan tahun berapa), hingga garis besar isi cerpen warung “Penajem”.
1.      Ulasan judul cerpen
Cerpen yang dipaparkan disini berjudul Warung “Penajem”.Warung merupakan tempat sederhana, yang digunakan masyarakat untuk menjual barang-barang kebutuhan.Warung dari segi bentuknya lebih sederhana daripada toko. Selain bentuk fisik yang umumnya sederhana, juga dari segi kelengkapan barang-barang yang dijual. Dalam cerpen ini, pengarang mendeskripsikan bagaimana sebuah warung kecil milik Jum, yang merupakan istri Kartawi, nama tokoh yang terdapat dalam cerpen ini. Ditegaskan dalam paragraf empat kalimat kedua dan ketiga, (Sosok Jum masih tampak jelas dalam rongga matanya, melayani tetangga yang membeli cabai, bumbu masak, atau ikan asin. Atau segala macam kebutuhan dapur para petani tetangga).
Judul cerpen adalah Warung “Penajem”. Setelah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan warung, maka judul warung ditambah kata “penajem”.Ini merupakan sebuah istilah asing yang dapat dijumpai dalam bahasa Jawa. “Penajem” merupakan sesuatu yang bisa digunakan untuk memotong, menusuk.
Dari judul cerpen, dapat digambarkan bahwa Warung “Penajem” adalah sebuah tempat sederhana yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, keperluan dapur, dan lain-lain dengan memberikan sesuatu bersifat mistis, tujuannya agar warung tersebut laris oleh pembeli. Dengan adanya penajem, secara tidak lansung akan memikat minat pembeli untuk berbelanja ke warung tersebut. Cerpen ini mampu menyajikan judul yang menarik, ringkas, lugas dan memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi dari sipembaca. Pembaca yang benar-benar membaca cerpen ini dengan rasa ingin tahu yang tinggi, akan mudah memahami maknanya setelah membaca keseluruhan isi cerpen.
2.      Pengarang cerpen Warung “Penajem”
Cerpen yang berjudul Warung “Penajem” ini merupakan hasil tulisan fiksi dari seorang Ahmad Tohari.Beliau lahir di Tinggarjaya, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Namun demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta(1967-1970), Faskultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto(1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976).
Pada cerpen Warung “Penajem” sastrawan ini melahirkan sebuah karya yang tak kalah menariknya dengan tulisan-tulisan kreatif lainnya. Ahmad Tohari, sastrawan yang masih berdarah Jawa, dalam cerpen ini masih kental menggunakan istilah Jawanya.
3.      Identitas cerpen (diterbitkan pada media cetak apa dan tahun terbit cerpen)
Cerpen ini diterbitkan oleh media cetak KOMPAS, hari Minggu, tepatnya tanggal 13 Novenber 1994. Cerpen Warung”Penajem” ini terdiri dari lebih 18 paragraf.
4.      Garis besar isi cerpen
Cerpen yang berjudul Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ini bercerita tentang realitas sosial masyarakat tradisional yang masih percaya pada kekuatan mistik.
Disni terlihat bagaiman sosok Jum berusaha menjalani usaha dan mencapai kesuksesan melalui kekuatan Dukun atau orang pintar. Dukun itu dikenal dengan nama Pak Koyor.
Cerpen ini menggambarkan kepada pembaca bagaimana suasana sebuah masyarakat tradisional menjalani kehidupannya sehari-hari. Setiap keluarga mempunyai kisah tersendiri. Termasuk keluarga Jum dan Kartawi yang memiliki cita-cita sederhana, mempunyai warung dan membangun rumah tembok. Memang terlihat sederhana, karena bagi masyarakat kota itu hal yang lumrah. Jum dan Kartawi disini berperan sebagai tokoh utama. Dengan bantuan Kartawi yang membuatkan Jum sebuah warung kecil, ekonomi Jum perlahan hidup dari membuka warung. Jum telah menunjukkan usaha yang sederhana. Tujuan ini diprioritaskan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Konflik disini hadir setelah uasaha Jum membuka warung yang tidak irasional, yang tidak realistis, dan kurang logis diterima masyarakat pada umumnya. Jelas bahwa realitas sosial masyarakat tradisional diperkampungan ini menggunakan kekuatan mistis melalui dukun seperti yang dilakukan Jum sendiri. Jum memberi “penajem” kepada warungnya. Dari sinilah istilah warung “penajem” diberikan kepada warung sederhana milik Jum. Irasionalitas dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan ekonomi masyarakat tradisional ini berbeda drastis dengan masyarakat modern atau masyarakat kota yang mendasarkan keberhasilan ekonomi menggunakan pola manjemen yang baik, yang realitistis dan rasional. Mereka yakin usaha dan kerja keras akan membuahkan hasil. Hal ini ditegaskan hadirnya argument Jum pada paragraf tiga belas, kalimat kedua cerpen ini (Setiyar Kang, supaya warung kita tetap laris. Kamu tahu Kang,sekarang sudah banyak saingan).
Jelas disini bahwa Jum menunjukkan sifatnya yang masih percaya akan kekuatan mistis. Jum masih melihat bahwa dalam meraih sebuah keberhasilan ekonomi, maka usaha itu perlu diberi “penajem” dengan perantara dukun yang bernama Pak Koyor. Memberi “penajem” berarti memberi “sesaji”. Sesaji itu bermacam-macam, bisa berupa uang, ayam cemani, atau bahkan tubuh pasien sendiri. Jum telah memberikan sesaji yang terakhir.Dari sinilah lahir konflik dari puncak permasalahan.
Kartawi akhirnya marah karena sifat Jum yang menjawab dengan gamblang setiap pertanyaan dari suaminya, ia telah melakukan jalan yang salah dalam mencapai keberhasilan. Hal ini lah yang membuat Kartawi pergi meninggalkan rumah ulah perangai istrinya sendiri yang telah mendapat aib dari para tetangga. Namun, beberapa hari selanjutnya Kartawi akhirnya kembali ke rumah Karena kecintaannya kepada anak-anak. Bagaimanpun juga Kartawi harus menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga.Bathin sesungguhnya masih menyimpan amarah, yang membuatnya remuk setiap mengingat kembali peristiwa itu.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah bahasa cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari mudah di pahami ?
2.      Apakah bahasa cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari menarik ?
3.      Apakah bahasa cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari mengandung sugesti estetik ?
4.      Dimanakah posisi pencerita (narator) cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari di dalam menarasikan cerita ?
5.      Apakah tokoh cerita cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari dapat diidentifikasi secara fisik ?
6.      Apakah tokoh cerita cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari dapat diidentifikasi secara psikhis ?
7.      Bagaimana interaksi antar tokoh di dalam cerita cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
8.      Apakah latar yang terdapat dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
9.      Bagaimanakah alur yang terdapat dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
10.  Apakah tema yang terdapat dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
11.  Apakah amanat yang terdapat dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ?
BAB II
KAJIAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN WARUNG “PENAJEM” KARYA AHMAD TOHARI

A.    Gaya Bahasa
Menurut Zaidan (2004 : 76) Gaya bahasa adalah cara pengungkapan dalam prosa atau puisi. Analisis gaya meliputi kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, bentuk paragraf; pendeknya, setiap aspek bahasa pemakaiannya oleh penulis; langgam (style Ing). Dalam cerpen Warung “Penajem “ dijumpai beberapa buah gaya bahasa yaitu Personifikasi dan Hiperbola. Zaidan (2004 : 154) menyatakan bahwa personifikasi adalah majas pengorangan dengan cara memberikan wujud manusia yang nyata kepada benda atau konsep abstrak ; perwujudan. Contohnya terdapat dalam kalimat berikut ( Maka suara yang kering tajam , Wajah kemarau yang menghampar diatas dataran tanah berkapur, Kartawi merasa ada tekanan menusuk dadanya, Warung Jum langsung hidup, Berteman bayang-bayang sendiri, Suara dedaunan kering yang remuk terinjak mengiringi setiap langkah petani muda itu, Tatapannya menusuk mata istrinya).
Sedangkan hiperbola menurur Zaidan (2004 : 84) adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan melebih-lebihkan dari kenyataan yang sebenarnya untuk menonjolkan gagasan yang dimaksudkan. Contohnya terdapat dalam kalimat berikut( Pokoknya, Kartawi merasa jadi lelaki beruntung karena punya istri Jum, Kartawi merasa dirinya terayun-ayun dalam ketidakpastian yang sangat menyiksa, Ia merasa ada gelombang pasang naik dan menyebar keseluruh pembuluh darahnya. Kartawi melihat wilayah-wilayah pribadi tempat bersemayam harga diri kelelakiannya terinjak-injak). Umumnya gaya bahasa yang dijumpai berupa personifikasi dan hiperbola Personifikasi mencakup kedalam gaya bahasa perbandingan, sedangkan hiperbola mencakup gaya bahasa pertentangan.
Setelah diketahui gaya bahasa , dapat pula diketahui masalah bahasa penceritaan cerpen Warung “Penajem “ karya Ahamd Tohari ini sedikit sulit dipahami oleh pembaca non Jawa karena ada beberapa buah kata yang ditemukan menggunakan istilah-istilah khusus dalam bahasa Jawa. Akan tetapai mudah dipahami oleh pembaca yang mengerti dengan bahasa Jawa, khususnya masyarakat Jawa. Dari judul cerpen kita bisa menilai bahwa “penajem” merupakan sesuatu yang bisa digunakan untuk memotong, menusuk. Dari judul Warung “Penajem” berarti warung yang mempergunakan alat semacam yang tajam. Pada paragraf 6, kalimat kelima ditemukan pula kata ngelmu yaitu(Kata Jum yang mengaku telah tahu ngelmu perwarungan harus ada kayu dari pohon buah-buahan dalam bangunan warung). Kalimat lain yang juga menggunakan istilah Jawa terdapat dalam paragraf 7 kalimat kedelapan yaitu (Soalnya sederhana, punya istri yang pergi kulak dagangan naik sepeda motor sendiri adalah prestasi yang sulit disamai oleh sesama petani dikampungnya).
Pada paragraf 13 kalimat dua juga ditemukan yaitu(Setiyar Kang, supaya warung kita tetap laris). Kata eling juga ditemukan dalam paragraf 16 kalimat enam (Kang, saya masih eling). Istilah Jawa juga masih ditemukan dalam paragraf 16 Pada kalimat duapuluh empat yaitu (Kang, jika warung kita bertambah laris, kita juga yang bakal enak-kepenak bukan ?). Terakhir terdapat dalam pagragraf 18 kalimat 8 yaitu (Keluargaku bisa hidup wareg, anget,rapet).
Cerita ini menarik karena kepercayaan Jum terhadap mistik begitu tinggi tanpa seutuhnya berfikir lebih realistis dalam memperoleh rezeki. Seperti yang terdapat dalam paragraf 6 kalimat keenam sebagai berikut (“Kang, kata orang-orang tua, kayu dari pohon buah-buahan bisa memancing selera pembeli,”. Kata Jum dulu kepada suaminya.) Tidak hanya itu, cerita ini lebih menarik lagi karena keinginan Jum untuk berhasil membuka warung mendapat kritik yang tidak menyenangkan dari para tetangga bahwa Jum telah membrikan penajem kepada Pak koyor, yaitu orang pandai yang memeberikan penglaris untuk warungnya. Cas-cis-cus tetangga inilah yang membuat Kartawi khawatir dan sebuah ketidakpastian menjadi tanda tanya dalam dirinya. Pernyataan ini terdapat dalam paragraf 8 (Tetapi mengapa sejak beberapa hari terakhir ini Kartawi mendengar selentingan para tetangga tentang Jum. Entah darimana sumbernya para tetangga mengembangkan cas-cis-cus bahwa Jum pekan lalu tanpa sepengetahuan suami pergi mengunjungi Pak Koyor, orang pandai dari kampung sebelah. Orang bilang Jum pergi kesana demi memperoleh penglaris bagi warungnya. Soal mencari penglaris Kartawi maklum bahkan setuju. Ya. Kartawi memang percaya, meraih cita-cita tidak cukup dilakukan dengan usaha nyata. Namun masalahnya, cas-cis-cus para tetangga telah mengembang lebih jauh; bahwa Jum telah memberikan penajem kepada Pak Koyor, Kartawi tahu penajem, yaitu syarat yang harus diberikan kepada dukun agar suatu upaya mistik berhasil, bisa berupa uang, ayam cemani, atau bahkan tubuh pasien sendiri. Dan para tetangga bilang, Jum telah memberikan yang terakhir itu kepada sang dukun).
Cerita ini mengandung sugesti estetik yaitu berupa pengaruh nilai terhadap tokoh dalam cerpen ini. Sebagai pembaca, kita menjadi simpati terhadap Kartawi yang sayang pada keluarganya., terutama terhadap istrinya, Jum. Seperti yang terdapat pada paragraf 6 dalam kalimat satu, dua dan tiga (Setelah menjadi istri Kartawi, maka Jum tidak minta apa-apa kecuali dibuatkan warung yang sebenarnya. Kartawi menurut karena suami itu memang amat sayang kepada Jum. Maka Kartawi menjual dua ekor kambing dan menebang beberapa pohon, satu diantaranya pohon bacang. Tidak hanya itu, pembaca juga simpati terhadap sifat Kartawi yang memilih mengalah dan kembali pulang kerumah istrinya. Meskipun harus memendam amarah yang begitu besar terhadap istrinya. Terdapat dalam paragraf 18 kalimat 1 sampai 4 yaitu (Pada hari keempat Kartawi pulang. Rindunya kepada rumah, kepada anak-anak dan kepada Jum tak tertahankan. Bagaimana juga Jum dan anak-anak sudah lama menjadi bagian hidup Kartawi sendiri. Kemarahan yang amat sangat tak mampu mengeluarkan Jum dari inti kehidupannya).
Cerita ini juga memunculkan sugesti antipati terhadap Jum, meskipun disisi lain Jum adalah pekerja keras demi mewujudkan cita-citanya. Disini Jum terlalu serakah dalam mencapai keberhasilan ekonomi. Jum telah melakukan jalan yang salah dalam memajukan usaha warungnya. Dengan jalan memberi penajem untuk warungnya tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu pada Kartawi. Apalagi Jum memberikan penajem yang berakibat fatal bagi harga dirinya sebagai seorang istri, bagi suami dan anak-anak sehingga keluarganya mendapat gosip yang tidak sedap dari tetangga. Pasalnya, Jum telah memberikan tubuhnya sendiri kepada Pak koyor sebagai tumbal. Hal ini terdapat dalam paragraf 8 kalimat kedua, ketujuh dan kedelapan yaitu ( Entah darimana sumbernya para tetangga mengembangkan cas-cis-cus bahwa Jum pekan lalu tanpa sepengetahuan suami mengunjungi Pak Koyor, orang pandai dari kampung sebelah. Kartawi tahu penajem, yaitu syarat yang harus diberikan kepada dukun agar suatu upaya mistik berhasil, bisa berupa uang, ayam cemani atau bahkan tubuh pasien sendiri. Dan para tetangga bilang,Jum telah memberikan yang terakhir itu kepada sang dukun).

B.     Sudut Pandang
Menurut Atmazaki (2007 : 105) berpendapat bahwa sudut pandang atau pusat pengisahan merupakan tempat berada narator dalam menceritakan kisahnya. Setiap kalimat di dalam karya sastra naratif merupakan perkataan yang diucapkan oleh seseorang. 
dalam mengkaji unsur intrinsik cerpen, kita mengenal adanya dua posisi pencerita (narator) di dalam cerita tersebut. Yang pertama posisi narator sebagai teknik aku-an dan kedua, posisi narator sebagai teknik dia-an. Menggunakan teknik aku-an pengarang lebih banyak bercerita tentang diri pribadinya sendiri atau pengalamannya sendiri. Kata-kata yang lazim dijumpai dalam tulisan tersebut adalah “aku”. Berbeda dengan teknik dia-an, disini narator tidak lagi bercerita tentang dirinya sendiri melainkan tentang orang lain. Kata-kata yang lazim dijumpai adalah nama orang atau kata ganti orang ketiga seperti (Pak Koyor, Kartawi, tetangganya, mereka, dan lain-lain). Dapat diambil kesimpulan bahwa posisi pencerita(narator) dalam cerpen Ahmad Tohari yang berjudul Warung “Penajem” adalah diluar cerita. Hal yang diceritakan oleh narator bukanlah cerita tentang dirinya sendiri. Cerpen ini menceritakan tentang orang lain yang tidak lain adalah (Kartawi, Jum, Pak Koyor, para tetangga, dan anak-anak). Sehingga tidak ditemukannya masalah yang menceritakan langsung tentang narator. Karena narator menceritakan kisah tokoh lain, maka teknik yang digunakan adalah teknik cerita dia-an.
Argumentasi dapat kita temukan pada paragraf 5 kalimat pertama yaitu (Kartawi tahu segalanya tentang Jum sejak istrinya itu masih ingusan).

C.    Tokoh
Menurut Atmazaki (2007 : 102-103) bahwa setiap karya sastra naratif mempunyai karakter atau tokoh. Justru tindakan tokohlah yang menggerakkan peristiwa sehingga menimbulkan berbagai peristiwa lanjutan. Tokoh jugalah yang membedakan sebuah karya sastra naratif dengan tulisan-tulisan deskriptif. Tokoh merupakan sebuah komponen penting dalam cerita. Apa bila tokoh tidak ada sulit menggolongkan karya tersebut kedalam karya sastra naratif karena terjadinya plot adalah karena tindakan dan akibat dari tindakan tokoh-tokoh.  Karakter atau tokoh adalah orang yang dilengkapi dengan kulaitas moral dan watak yang diungkapkan oleh apa yang dikatakannya , dialog, dan apa yang dilakukannya.
Jadi, dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ini dapat diidentifikasi watak tokoh secara fisik, psikis dan karakter lewat pembuktian dan penjelasan yang ditegaskan dengan berdasarkan isi cerpen. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya:
1.      Kartawi
Fisik: Muda, menggunakan caping bambu, memakai kaos oblong, raut wajah yang lesu, dengan kondisi tubuh yang lelah.
Argumentasi : Dalam paragraf 1 kalimat 4 (Dan petani muda itu terus mengayunkan cangkul). Kalimat 6 (Kaos oblong yang dipakai Kartawi sudah basah oleh keringat). Kalimat 8 (Dan dibawah bayangan caping bambu yang dipakainya, wajah Kartawi tampak lebih tua dan berdebu). Paragraf 3 (Otot-ototnya serasa kehilangan tenaga).
Psikhis: Penyayang, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan melampiaskan emosi tanpa menyakiti orang lain.
Argumentasi : Menyatakan Kartawi mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terdapat dalam paragraf 10 kalimat satu (Karena sadar hanya Jum sendiri yang bisa memberinya kejelasan, Kartawi memutuskan segera pulang meskipun hasil kerja siang itu sama sekali belum memadai. Paragraf 12 kalimat pertama (Maka pertanyaan tentang cas-cis-cus para tetangga itu baru bisa diajukan oleh Kartawi ketika malam sudah larut).
Menyatakan Kartawi melampiaskan emosi tanpa menyakiti orang lain dalam paragarf 15 kalimat 4 dan 5 (Jum menyembunyikan wajah karena mengira kartawi akan memukulnya). Dan (Tidak, Kartawi ternyata bisa menahan diri meski seluruh tubuhnya bergetar karena marah).
2.      Jum
Fisik: Muda, segar, dan masih kuat.
Argumentasi: Terdapat dalam paragraf 4 kalimat 4 dan 5 yaitu (Jum yang segar dan kuat. Jum yang punya hasrat besar punya rumah tembok, televisi, dan sepeda motor bebek).
Psikhis: percaya dengan hal gaib atau mistik, punya keinginan yang tinggi, berlagak tidak peduli dalam menghadapi masalah.
Argumentasi : jum percaya mistik, dalam paragraf 6 kalimat 6 yaitu (“Kang, kata orang-orang tua, kayu dari pohon buah-buahan bisa memancing selera pembeli). Terdapat pula argument pada paragraf 8 kalimat 2 yaitu (Entah darimana sumbernya para tetangga mengembangkan cas-cis-cus bahwa Jum pekan lalu tanpa setahu suami pergi mengunjungi Pak Koyor, orang pandai dari kampung sebelah).
Argumentasi yang menunjukkan jum berambisi tinggi pada paragraf 4 kalimat 6 (Dan demi cita-cita itu Jum merasa tak punya jalan kecuali bekerja keras dan mau menempuh segala upaya agar warungnya maju dan laris).
Argumentasi paragraf yang menyatakan Jum berlagak acuh terdapat dalam paragraf 13 kalimat pertama (“Ya,Kang, pekan lalu saya memang pergi kepada Pak Koyor,” kata Jum dalam gaya tanpa beban). Terdapat pula dalam paragraf 16 kalimat delapan belas dan Sembilan belas yaitu (“Oalah Kang, bedanya banyak, karena Cuma main-main maka begitu-begitu yang saya lakukan itu tidak sampai kehati).
3.      Pak Koyor
Fisik : Terlihat tua
Argumentasi pada paragraf 8 kalimat 6 (Namun masalahnya, cas-cis-cus para tetangga mengembang lebih jauh; bahwa Jum telah memberikan penajem kepada Pak koyor).
Psikhis: Dukun (orang pandai) yang serakah
Argumentasi paragaraf 8 kalimat 7 (Kartawi tahu penajem, yaitu syarat yang harus diberkan kepada dukun agar suatu upaya mistik berhasil bisa berupa uang, ayam cemani, atau bahkan tubuh pasien sendiri).

4.      Tetangga
Fisik: ibu-ibu
Argumentasi terdapat dalam paragraf 4 kalimat 2 (Sosok Jum masih tampak jelas dalam rongga matanya, melayani tetangga yang membeli cabai, bumbu masak atau ikan asin).
Psikhis: tidak bisa diidentifikasi.
Argumentasi: Dalam paragraf 9 kalimat 2 dan 3 Dalam hati(Kartawi berharap selentingan para tetangga itu Cuma omong kosong. Mungkin mereka iri melihat warung Jum laris sehingga mereka sengaja meniupkan cerita macam-macam, pikir Kartawi).
5.      Anak-anak
Fisik: tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.
Psikhis: tidak ikut campur dalam konflik keluarga.
Argumentasi dalam paragraf 12 kalimat 2 yaitu (Anak-anak pun sudah lama tertidur).

D.    Latar
Atmazaki (2007 : 104-105) mengatakan bahwa tempat dan urutan waktu ketika tindakan berlangsung. Latar sebuah episode dalam sebuah karya sastra adalah lokasi tertentu secara fisik tempat tindakan terjadi. Latar merupakan faktor utama dalam memformulasi persoalan dan berpengaruh langsung dalam pengungkapan tema. Latar tidak harus sebuah tempat yang secara fisik atau nyata ada dalam realitas, tetapi dapat juga berupa kondisi pshikis dan moral suatu keadaan. Latar yang digunakan hanya ciptaan pengarang, yang kalau dilacak kebenarannya tidak akan ditemukan sebagaimana diceritakan. Latar sebuah cerita akan mewarnai cerita tersebut.
1.      Tempat
a.       Di sebuah ladang yang kering kerontang.
Argumentasi ; paragraf 1 kalimat 1 ( bunyi yang kering dan tajam selalu terdengar setiap kali mata cangkul Kartawi menghujam tanah tegalan yang sudah lama kerontang) .
b.      Di bawah pohon johar.
Argumentasi ; paragraf 4 kalimat pertama ( Kartawi berdiri dalam keteduhan pohon johar yang masih mempertahankan daun-daun terakir).

c.       Di jalan, simpang empat kecil.
Argumerntasi : paragraf 10 kalimat 4 ( pada sebuah simpang empat kecil, lelaki itu berbelok kea rah timur).
d.      Di ruang istirahat keluarga (ruang nonton).
Argumentasi ; paragraf 12 kalimat ke-3 ( dan Jum yang saat itu sedang duduk menikmati televisi tampak tak berminat menanggapi pertanyaan suaminya).
e.       Di halaman.
Argumentasi: paragraf 18 kalimat 4 (namun sampai di halaman  Kartawi termangu. Dipandangnya warung Jum yang laris yang telah mendatangkan banyak untung).
2.      Waktu
a.       Musim kemarau, di siang hari yang terik.
Argumentasi paragraf 1 kalimat 5 ( maka suara yang kering – tajam, percikan debu dan sentakan-sentakan otot terus runtut terjadi di bawah matahari kemarau yang terik) dan pada paragraf 2 kalimat 4 ( kedua matanya menyipit dan menerawang datar ke depan).
b.      Di sore hari.
Argumentasi ; paragraf 11 kaliamat 3 ( namun ternyata suami yang sedang memendam kejengkelan itu harus menahan diri sampai sore hari malah malam hari).
c.       Di malam yang sudah larut.
Argumentasi ; paragraf 12 kalimat 1 (maka pertanyaan suami benar tidaknya cas-cis-cus para tetangga itu baru bisa diajukan oleh Kartawi ketika malam sudah larut).
3.      Suasana
a.       Panas, karena musim kemarau.
Argumentasi : paragraf 1 kalimat 6 ( kaus oblong yang dipakai Kartawi sudah basah oleh keringat).
b.      Menegangkan
Argumentasi : paragraf 16 kalimat 13 dan 14 (Porak- porak. Jemari kembali meregang untuk meremas gelas yang masih digenggamnya).
c.       Ricuh
Argumentasi : paragraf 16 kalimat 25 dan 26 (Detik berikut terdengar suara gelas hancur terbanting di lantai. Kartawi ke luar setelah membanting pintu keras- keras).



E.     Alur
Atmazaki (2007 : 99-100) menjelaskan bahwa alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan yang diakibatkan dan dialami oleh para pelaku. Dengan pengertian itu, jenis plot sebuah karya sastra tidak ditentukan oleh pengarang (bukan ciptaan pengarang melainkan rekaan pembaca).
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa alur menuntut seorang pembaca berhadapan dengan berbagai peristiwa yang terjadi, disini terdapat sebuah hubungan sebab akibat yang saling runtut satu sama lain.Sehingga dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ini disajikan sebuah alur dan mengaitkannya dengan peristiwa yang ada.
Dalam cerpen Warung “Penajem” karya Ahmad Tohari ini disajikan menggunakan teknik penceritaan berurutan dari awal ke akhir. Cerita ini dimulai dari siang hari yang begitu panas pada musim kemarau di saat Kartawi tengah bekerja di sebuah ladang yang kering kerontang. Disaat Kartawi beristirahat dibawah pohon johar , Ia teringat kembali akan sosok Jum, istrinya. Argumentasi ini terdapat pada paragraf 4 kalimat 1 dan 2 ( Kartawi berdiri dalam keteduhan pohon johar yang masih mempertahankan daun-daun terahir. Sosok Jum masih tampak jelas dalam rongga matanya, melayani tetangga yang membeli cabai , bumbu masak atau ikan asin).
Dengan mengingat istrinya, Kartawi teringat kembali akan hal yang tidak menyenangkan tentang Jum. Argumentasi ini terdapat pada paragraf 8 kalimat 2 ( entah darimana sumbernya , para tetangga mengembangkan cas-cis-cus bahwa Jum pekan lalu tanpa setahu suami pergi mengunjungi pak Koyor, orang pandai dari kampung sebelah.
Setelah itu, Kartawi pulang ke rumah dan meninggalkan pekerjannya yang terbengakalai. Argumentasi ini terdapat dalam paragraf 10 kalimat 1 ( karena sadar hanya Jum sendiri yang bisa memberinya kejelasan, Kartawi memutuskan segera pulang meskipun hasil kerja siang itu sama sekali belum memadai.
Mengetahui kebenaran itu , Kartawi pergi meninggalkan rumah. Argumentasi ini terdapat dalam paragraph 16 kalimat 24 dan 26 (kartawi bangkit. Detik berikut terdengar suara gelas hancur terbanting ke lantai. Kartawi keluar setelah membanting pintu keras-keras).
Alur cerita tidak hanya berhenti disitu, karena kejadian itu, Kartawi selama 3 hari pergi meninggalkan rumah. Argumentasi ini terdapat dalam paragraph 17 kalimat pertama (selama tiga hari kartawi lenyap dari rumah). Setelah menyadari, akhirnya pada hari keempat kartawi kembali pulang kerumah mengingat akan keluarganya. Meskipun konflik belum berakhir. Argumentasi ini terdapat dalam paragraf 18 kalimat 1, 2, 3, dan 4 (pada hari keempat kartawi pulang. Rindunya pada rumah, kepada anak-anak, dan kepada Jum tak tertahankan. Bagaimana juga Jum dan anak-anak sudah lama menjadi bagian hidup kartawi sendiri. Kemarahan yang amat sangat tak mampu mengeluarkan Jum dari inti kehidupannya).
F.     Tema
Menurut Nurgiyantoro (1995 : 74) menyatakan bahwa tema dalam sebuah karya sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari jumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan. Bahkan sebenarnya eksistensi tema itu sendiri amat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema hanya berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Oleh sebab itu, tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang terkait dengan penokohan dan latar. Dapat dijelaskan pada bagian ini, maka tema dalam cerpen Ahmad Tohari yang berjudul  warung penajem dapat ditemukan.
Konflik terjadi dalam diri tokoh kartawi dan jum berasal dari internal. Semua masalah berhubungan dengan Kartawi dan Jum. Kedua tokoh menyita sebahagian besar penceritaan. Dan terlibat hampir seluruh dengan tokoh cerita.
Dapat diidentifikasi persoalan masalah dalam cerpen menyajikan tema berupa realita kehidupan dalam keluarga di setiap anggota masyarakat tradisional yang memiliki kepercayaan terhadap hal mistik yang berhubungan dengan kepentingan ekonomi.
G.    Amanat
Cerpen warung penajem karya Ahmad Tohari mampu memberikan efek pesan yang baik berupa nila-nilai yang berlaku secara universal; dan membuat pembaca bisa menginstropeksi diri ( nilai yang sublim ) sehingga, diperolah amanat yang bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca cerpen ini. Amanat secara umum , yaitu kebahagiaan hakiki bukanlah kebahagiaan materi semata dan kita hendaknya bisa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Amanat yang diperoleh dari tokoh Kartawi yaitu mempetahankan keutuhan keluarga adalah tanggung jawab seorang suami. Amanat yang diperoleh dari tokoh Jum yaitu memperoleh rezeki dengan jalan yang salah tidak akan membawa berkah. Amanat yang diperoleh dari tokoh pak Koyor yaitu, berpikir irasional tidak akan membantu kita seutuhnya. Amanat yang diperoleh dari tokoh para tetangga yaitu kita tidak boleh susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah.   
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Cerpen “Warung Penajem” karya Ahmad Tohari menggunakan gaya bahasa yang menarik. Umumnya gaya bahasa menggunakan majas personifkasi dan hiperbola. Meskipun beberapa kata menggunakan istilah Jawa seperti : Penajem, Setiar, Eling, Kulak, dan lain-lan. Akan tetapi menarik untuk dibaca dan mengandung sugesti estetik. Sudut pandang menggunakan teknik dia-an seperti (Kartawi, Jum, Pak Koyor, Para tetangga, dan lain-lain). Penceritaan cerpen di wujudkan melalui tokoh baik secara fisik, psikis, maupun interaksi tindakan dengan tokoh lain atas hubungan peran. Tokoh Jum dapat teridentifikasi sebagai orang yang giat berusaha, akan tetapi tidak realistis.
Latar disini berkisah umumnya di sebuah perkampungan sederhana dengan melukiskan latar tempat seperti di warung Jum, di sawah maupun diladang. Latar waktu terjadi di saat musim kemarau yang terik, dan latar suasana yang sibuk dengan aktifitas sehari-hari masyarakat tradisional. Alur cerpen Warung “Penajem” terstruktur secara kronologis dan menghasilkan peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan. Dimulai dari kartawi berda di sawah hingga berakhir di halaman rumah.
persoalan masalah dalam cerita yang menyajikan tema berupa realita sosial masyarakat tradisional yang mempercayai mistik demi kepentingan ekonomi. Terakhir, amanat berupa pesan dan nilai-nilai yang sublim. Dengan memahami penceritaan cerpen Warung “Penajem” tergambar sebuah amanat bahwa kebahagiaan hakiki bukanlah kebahagiaan materi semata.

B.     Saran
Setelah kajian unsur intrinsik cerpen ini dibahas dan disimpulkan, maka dikemukakan saran-saran kepada :
1.      Disarankan kepada pembaca agar lebih kritis dan berfikir rasional dalam mencapai cita-cita. Keberhasilan ekonomi akan terwujud dengan usaha sungguh-sungguh, dan kekuatan mistis bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai kesuksesan.
2.      Disarankan kepada mahasiswa untuk lebih kritis dan lebih cermat dalam mengkaji unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah cerpen.


DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra. Padang: UNP PRESS.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Zaidan, Abdul Rozak, Rustapa. dan  Hani’ah. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.





















   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar